Koes Plus pada tahun 1970 pernah membuat lagu yang menyuarakan kekayaan lautan Indonesia. “Bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupi mu”. Bait ini merupakan penggalan dari lagu yang berjudul Kolam Susu. Lagu ini bercerita mengenai kekayaan laut di Indonesia, hanya bermodalkan kail dan jala sudah cukup untuk menghidupi keluarga. Begitulah kira-kira arti dari penggalan lagu tersebut.
Indonesia memiliki 17.504 pulau dengan luas keseluruhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) sebesar 8,3 juta KM kubik. Sedangkan luas perairan Indonesia sebesar 6,4 juta KM kubik. Sekitar 71% wilayah Indonesia merupakan laut yang kaya akan segala biota dan species kehidupan laut, yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Tak heran jika Indonesia di juluki sebagai bangsa pelaut.
Besarnya luas lautan juga turut membawa berkah bagi Indonesia. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia memiliki potensi ekonomi maritim yang besar. Tak tanggung-tanggung, ada Rp1.212 trilliun potensi ekonomi maritim atau setara dengan 11,31% dari PDB. Tetapi tidak semua potensi ekonomi tersebut berhasil diraih. Berdasarkan data ekspor perikanan di tahun 2021, Indonesia hanya mampu melakukan ekspor perikanan senilai $5,7 milyar atau setara dengan Rp82,94 trilliun (kurs Rp14.500).
Ada banyak permasalahan yang muncul di sisi nelayan. Di antaranya: kurangnya biaya operasional untuk melaut, mahalnya harga kapal, minimnya cold storage, maraknya tengkulak, dan segudang permasalahan lainnya. Selain itu, industri perikanan juga belum banyak tersentuh oleh digitalisasi. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia pada tahun 2019 silam meluncurkan aplikasi Nelayan Pintar dengan target 1 juta nelayan Go Online. Namun sepertinya masih belum dapat mendongkrak digitalisasi Nelayan Indonesia.
Padahal jika dilihat pada tahun 2019, tingkat konsumsi ikan di Indonesia telah mencapai angka 54,45kg per kapita. Namun jika melihat negara tetangga Malaysia, pada tahun 2017 tingkat konsumsi ikan sudah mencapai 70kg per kapita, dan Singapura sebesar 80kg per kapita. WGSH percaya industri perikanan nantinya akan berkembang menjadi salah satu industri terbesar yang menyumbang PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia.
Peluang dalam industri perikanan tangkap dan budidaya di Indonesia masih sangat besar. Digitalisasi merupakan kebutuhan untuk meningkatkan serta efesiensi produksi. Di sisi teknologi, WGSH siap untuk membantu calon partner/partner kami untuk berkembang bersama di Industri perikanan. Jika anda berasal dari Industri perikanan dan berminat berpartner dengan WGSH, silahkan untuk mengisi data diri anda di link berikut ini https://cutt.ly/jMLUyls
Mari kita majukan kemaritiman Indonesia menjadi eksportir yang terbesar dan terdepan di mata Dunia.
***