Pergeseran zaman menyebabkan terjadinya banyak perubahan-perubahan di dunia bisnis. Tidak terkecuali di dunia bisnis digital. Di Indonesia, kondisi ini pernah digambarkan dalam sebuah film yang diproduksi oleh Ernest Prakasa yang berjudul Cek Toko Sebelah. Film yang sekarang ini dijadikan serial menceritakan bagaimana sulitnya mempertahankan bisnis yang sudah mulai tergerus oleh zaman. Dalam kehidupan nyata pun, pada tahun 2021 toko kelontong yang dimiliki oleh keluarga Ernest pun harus tutup, persis seperti apa yang terjadi di film. Menurutnya, keputusan untuk menutup toko yang sudah dikelola selama 36 tahun lamanya ini dikarenakan adanya pergeseran pola belanja konsumen yang saat ini serba online, serta ketidak mampuan tokonya untuk beradaptasi di dunia digital.
Ernest Prakasa mengunggah foto terakhir penutupan toko kelontong milik keluarganya. Foto: Instagram Ernest Prakasa.
Apa yang terjadi di toko milik keluarga Ernest bukanlah secara tiba-tiba. Karena seperti yang kita ketahui bersama perubahan pola perilaku konsumen tidak terjadi dalam semalam atau terjadi saat kejadian luar biasa misalkan pandemi. Sejarah mencatat beberapa perubahan perilaku konsumen diantaranya adalah pada masa keemasan kantor Pos yang terjadi pada tahun 1970 hingga 1980, di mana masyarakat kala itu masih menggunakan media surat menyurat untuk berkomunikasi dengan sanak keluarga atau pun untuk keperluan bisnis. Pada tahun 1990, ada pergantian cara komunikasi masyarakat berkat semakin banyaknya telepon umum dan telepon rumah. Tidak berhenti di situ, pergeseran perilaku konsumen di bidang komunikasi terus berlanjut di tahun 2000-an dimana di tahun ini merupakan masa ke emasan telepon genggam. Komunikasi tidak lagi menggunakan media suara melainkan menggunakan media teks sms. Hingga kini pada era digital, komunikasi menggunakan internet dan aplikasi untuk berkomunikasi dengan sanak saudara ataupun keperluan bisnis.
Apa yang terjadi di atas merupakan sebagian kecil dari perubahan perilaku konsumen. Setiap waktu selalu ada lompatan teknologi yang dapat mempermudah konsumen untuk mencari informasi, berkomunikasi ataupun berbelanja. Perubahan perilaku konsumen yang paling terasa pada bagaimana konsumen berbelanja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Bank Indonesia mencatat transaksi di pasar e-commerce pada september 2021 meningkat 48.8% menjadi Rp 395 Trilliun, bertumbuh dari tahun sebelumnya. Dimana nilai pasar e-commerce terbagi menjadi 3, yaitu: Business to Business (B2B), Business to Customer (B2C), dan Customer to Customer (C2C). Nilai ini merepresentasikan adanya pergeseran pola perilaku konsumen berbelanja terhadap barang dan jasa. Dapat kita tarik kesimpulan cepat atau lambat semua usaha diprediksi akan mengalami digitalisasi usahanya, yang tidak mengikuti kemungkinan mati secara perlahan.
Berdasarkan pengalaman kami, Transformasi Digital terkadang tidak semudah membalikan telapak tangan, hal ini tergantung dari tingkat kompleksitas bisnis atau usaha yang sedang berjalan. Jika anda ingin melakukan Transformasi Digital pada organisasi anda , namun terkendala oleh teknologi, biaya, dan sumberdaya segera hubungi kami.
WGS Hub merupakan perusahaan berbasis IT yang memiliki ekosistem digital yang dapat mempercepat Transformasi Digital segala jenis perusahaan baik itu UMKM ataupun bisnis keluarga (family business). Jangan tunggu nanti segera lakukan Transformasi Digital bisnis Anda, sebelum pesaing Anda yang melakukannya lebih dulu. [ed]
***