PT Asha Fortuna Corpora, induk usaha dari PT Cilacap Samudera Fishing Tbk (ASHA) membentuk perusahaan patungan bersama ( Joint Venture/JV) dengan perusahaan teknologi Venture Builder, PT Wira Global Solusi Tbk (WGSH). JV yang dibentuk nantinya akan mengembangkan Industri perikanan hulu berbasis Big Data serta digitalisasi Industri perikanan.
Asman, direktur utama PT AFC mengatakan, perjanjian kerjasama ini merupakan salah satu bukti komitmen para founder yang telah berkecimpung di Industri perikanan selama lebih dari 40 tahun.
“Kerjasama ini merupakan bagian dari pembangunan industri perikanan hulu, dan upaya dari para founder untuk beralih dari traditional management ke arah modern management, dengan mengedepankan informasi dan teknologi, termasuk di dalamnya Teknologi Perikanan,” ujar Asman melanjutkan.
William Sutioso, Direktur Utama PT Cilacap Samudera Fishing Tbk (ASHA) yang nantinya akan berperan menjadi off-taker dari sumberdaya boga bahari yang dihasilkan oleh para nelayan – menjelaskan bahwa ketiadaan data realtime masih merupakan kelemahan di industri perikanan. Kapal-kapal yang tidak tercatat terutama kapal dibawah 30 GT membuat data produksi boga bahari Indonesia menjadi kurang akurat.
“Ketidakakuratan data produksi dapat mengganggu dalam pemenuhan kebutuhan permintaan, baik domestic maupun global. Kami berharap dengana adanya Big Data, nantinya dapat membantu dari sisi produksi ataupun kecepatan dan ketepatan pengiriman dari nelayan ke konsumen,” William menambahkan.
Direktur Venture WGSH, Edward Setiawan menjelaskan tahap awal aplikasi yang akan dikembangkan. Aplikasi ini diharapkan dapat memecahkan permasalahan cara menghubungkan kapal-kapal yang tidak beroperasi dan para nelayan dengan Investor dan konsumen.
“Setelah selesai pemanfaatan tahap awal, nantinya aplikasi akan diterus dikembangkan untuk mengelola dockyard/shipyard, cold chain, dan sebagainya,” ujar Edward.
Edward menambahkan, disisi pendapatan WGSH akan mendapatkan tambahan revenue stream dari perusahaan patungan tersebut. Selain itu kerjasama ini memiliki potensi yang sangat besar. Berdasarkan data Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), tercatat ada 100,000 kapal yang beredar di Indonesia dan belum terdata, terutama untuk kapal dibawah 30GT.
“Kami berharap ke depannya aplikasi ini dapat menyelesaikan permasalahan kapal yang menganggur. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan pada khususnya,” tutup Edward.
Henry Sutioso, Direktur ASHA menjelaskan, “Aplikasi yang akan dibangun ini merupakan project kemitraan strategis dengan nelayan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat nelayan seiring dengan naiknya kesejahteraan Nelayan.”
Henry melanjutkan, aplikasi yang dikembangkan di JV ini diharapkan dapat menjadi role model, dan big data yang lebih akurat untuk membangun industry perikanan yang sehat. Sehingga secara tidak langsung juga dapat meningkatkan status nelayan menjadi bank-able, agar kedepannya nelayan yang saat ini belum memiliki kapal dapat memiliki kapal sendiri.
Henry Sutioso lebih jauh menjelaskan bahwa output yang dihasilkan dari JV ini diharapkan dapat membuat ASHA untuk melakukan kontrak jangka panjang dengan existing customer dan calon customer di masa yang akan datang. Hal ini penting karena salah satu kelemahan industri perikanan saat ini adalah tidak dapat memberikan kontrak jangka panjang, dikarenakan minimnya data-data pendukung produksi.
Selain itu, selain kerjasama dengan WGSH, ASHA juga tengah membangun partnership bersama Ocean Eyes yang berasal dari Jepang. Teknologi Artificial Intelegence (AI) yang dibawa Ocean Eyes memungkinkan untuk menentukan potensi jumlah ikan, jenis ikan, dan sebagainya. Kerjasama ini diharapkan dapat ditingkatkan lebih jauh untuk membangun database perikanan Indonesia. Nantinya database ini juga dapat dimanfaatkan oleh JV yang akan dibentuk bersama WGSH.
Henry meneruskan bahwa saat ini ASHA juga sedang berkolaborasi dengan startup perikanan yang telah ada seperti Aruna, E-Fishery, Fish-log, Ekosis dan sebagainya. Namun kebanyakan startup tersebut berkonsentrasi di hilir, sementara JV bersama WGSH berada di hulu.
“Kami berharap segala terobosan yang sedang ASHA lakukan ini, dapat membangun industri perikanan Indonesia agar menjadi pemain utama di mata dunia,” tutup Henry.
***